Rabu, 04 Mei 2016

Jenis -Jenis Permasalahan yang ada diantaranya dalam penelitian yang sedang Anda lakukan diantaranya :

  1. Problema untuk status dan mendeskripsikan fenomena (fenomena deskriptif)
  2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (fenomena komparatif)
  3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (problema korelasi)
Ada empat hal yang harus dilakukan dalam menentukan judul atau masalah :
  1.  Sesuai dengan minat peneliti
  2. Dapat dilaksanakan
  3. Tersedia faktor pendukung : izin, data, dan
  4. Hasil penelitian bermanfaat
 Apa saja yang termasuk dalam studi Pendahuluan :

  1. Peneliti : menjadi yakin bahwa penelitiannya perlu dan dapat dilaksanakan
  2.  Caranya : melalui 3 obyek : paper , person, place
Perlu diperhatikan 
Problematik 
Hal yang dipertanyakan
Tujuan Penelitian
Jawaban yang ingin dicari
 

 Hipotesis
Dugaan Jawaban

Kesimpulan
Jawaban yang diperoleh


download PDF 
download PPTX
 
Lalu bagaimana caranya menuliskan rumusan masalah ?

Setelah Anda menetapkan berbagai aspek permasalahan yang dihadapi, Anda sekarang mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan  tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian.

Cara Merumuskan Masalah Penelitian ?

Rumusan masalah penelitian merupakan rangkaian berpikir deduktif berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikumpulkan dari berbagai data empiris serta landasan teori yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti dan dapat disimpulkan menjadi sebuah rumusan masalah.
Pada prinsipnya tidak ada aturan baku dalam penulisan sebuah rumusan masalah. Rumusan masalah ditulis dalam bentuk pertanyaan yang jelas, padat dan ringkas. Di dalam rumusan masalah tercantum masalah yang sedang dihadapi dengan menghubungkan 2 variabel yang memungkinkan data dapat menjawab pertanyaan yang terkandung dalam masalah yang telah dirumuskan.

Bagaimana cara menggolongkan masalah ?
Dalam penggolongan rumusan masalah dengan menggunakan acuan masalah deskriptif yang merupakan masalah penelitian kebidanan atau keperawatan yang berhubungan dengan variabel yang ada tanpa membuat suatu perbandingan ataupun menghubungkan. Rumusan masalah deskriptif hanya menggambarkan masalah apa yang ingin dicapai dalam penelitian.

Contoh Rumusan Deskriptif 

Judul penelitian => Studi Tentang Perilaku Menyusui Pada Ibu yang Tinggal Pada Wilayah Puskesmas A......tahun 2016

Rumusan masalah => Bagaimana Perilaku Menyusui Pada Ibu yang Tinggal di Wilayah Puskesmas A...........tahun 2016

Masalah Komparatif 

Masalah Komparatif merupakan masalah penelitian kebidanan atau keperawatan yang ingin membandingkan variabel satu dengan variabel lainnya. Penelitian ini membandingkan antara perbedaan variabel yang akan diukur.

Contoh Rumusan Komparatif

Judul penelitian => Studi Perbedaan Perilaku Menyusui Pada Ibu-Ibu yang Tinggal di Wilayah Puskesmas A dan Puskesmas B ....... pada Tahun 2016.

Rumusan Masalah => Adakah Perbedaan Perilaku Menyusui Pada Ibu-Ibu yang Tinggal di Wilayah Puskesmas A dan Puskesmas B .......... pada Tahun 2016

Di dalan Perumusan Masalah ada beberapa hubungan - hubungan yang saling berkaitan diantaranya :
  • Hubungan Simetris
Hubungan simetris merupakan hubungan yang berdasarkan sifat kesamaan bukan pada hubungan sebab akibat atau saling mempengaruhi.
  •  Hubungan Kausal 
Hubungan Kausal merupakan hubungan sebab akibat yang saling mempengaruhi antar variabel yang digunakan dalam penelitian.
  •  Hubungan Interaktif
Hubungan Interaktif merupakan hubungan antar variabel yang diukur dimana terdapat interaksi tetapi belum diketahui mana variabel dependen dan independennya.

 Tujuan Penelitian ?
Tujuan Penelitian untuk mengidentifikasi, menjelaskan dan mempelajari, membuktikan, mengkaji dan memprediksikan masalah penelitian dan menentukan arah dari rencana penelitian yang akan dilakukan. Tujuan Penelitian ada dua ; Tujuan Umum dan Tujuan Khusus. Tetapi yang terpenting adalah tujuan penelitian itu harus relevan dengan masalah yang dirumuskan.
download PDF
download PPTX

Rabu, 06 April 2016

Menyusun Proposal dan Laporan Penelitian



Menulis Proposal dan Laporan Penelitian 

(Jika Anda membutuhkan bahan bacaan ini sebagai bahan untuk pembelajaran silahkan download disini)

Pada dasarnya penelitian (riset) merupakan penyelidikan secara sistematik untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah melalui penerapan metode ilmiah. Yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah metode kerja ilmuwan yang merupakan suatu siklus proses berpikir secara induktif (dari observasi menuju teori) dan deduktif (dari teori menuju implikasi-implikasi logisnya). Apabila metode ilmiah ini diterapkan pada pertanyaan tentang sifat materi, maka akan terjadi penelitian kimia. Sedangkan, bila metode ilmiah tersebut diterapkan pada pertanyaan tentang proses belajar-mengajar dalam bidang kimia, maka yang terjadi adalah penelitian pendidikan kimia.
Kemampuan meneliti merupakan salah satu kemampuan profesional yang harus dimiliki seorang sarjana. Oleh karenanya melalui kurikulum pendidikan sarjana dikembangkan kemampuan mahasiswa meneliti. Penulisan skripsi atau tugas akhir pada dasarnya merupakan fase kulminasi dari pelatihan-pelatihan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan meneliti tersebut.
Sejak penelitian direncanakan peneliti perlu mengkomunikasikan rencananya kepada pihak luar untuk memperoleh masukan. Apalagi apabila penelitian tersebut didanai pihak luar atau perlu memperoleh persetujuan dari lembaga pendidikan, adanya rencana penelitian yang tertulis menjadi keharusan. Rencana penelitian tertulis yang menggambarkan latar belakang penelitian, permasalahan yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, serta prosedur pelaksanaan penelitian, dinamakan usulan penelitian, yang lebih populer disebut "proposal penelitian". Sementara itu setelah penelitian selesai dikerjakan peneliti perlu menyusun "laporan penelitian", untuk diserahkan kepada perguruan tinggi sebagai skripsi atau tugas akhir, penyandang dana penelitian, atau dipublikasikan melalui media komunikasi profesi. Oleh karena itu kemampuan menyusun proposal dan laporan penelitian menjadi sangat penting bagi para mahasiswa.

Proposal Penelitian
Proposal penelitian merupakan dokumen tertulis yang dibuat untuk mengkomunikasikan kepada pembimbing, penyandang dana, atau sponsor-sponsor penelitian tentang strategi yang akan digunakan peneliti dalam memecahkan masalah. Proposal harus secara jelas menjawab pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, dan bilamana tentang penelitian yang akan dilakukan. Dari sudut bahasa, proposal penelitian menuntut pemakaian bahasa baku dengan konstruksi kalimat yang ringkas, langsung, serta tidak bermakna ganda, agar tidak menimbulkan salah pengertian dari pembacanya.
Proposal penelitian berfungsi untuk: (1) Meyakinkan orang lain bahwa penelitian yang diusulkan penting untuk dilakukan; (2) Memperlihatkan keakraban peneliti dengan bidang yang diteliti dan kompetensi peneliti dalam melaksanakan penelitian yang akan dilakukannya; (3) Menjadi dokumen "kontrak" informal peneliti dengan penyandang dananya, sebagai kesepakatan tentang ruang lingkup kegiatan penelitian yang akan dilakukan; (4) Menjamin semua aspek penelitian telah dipertimbangkan secara matang; serta (5) Menjadi kerangka acuan bagi peneliti dalam melaksanakan proyek penelitiannya, sehingga penelitiannya dapat dikendalikan agar berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Komponen utama proposal penelitian adalah sebagai berikut:
1. Judul
Judul merefleksikan fokus serta ruang lingkup penelitian. Judul perlu singkat, jelas, dan bermakna tunggal. Sebaiknya kalimat judul tidak lebih dari dua baris dan menggunakan kalimat tunggal. Kata yang lebih penting harus ditulis lebih awal, sedangkan yang kurang penting ditulis kemudian.
2. Pendahuluan
Pendahuluan memaparkan konteks permasalahan, mengapa penelitian perlu dikakukan (latar belakang penelitian), masalah spesifik yang akan menjadi fokus penelitian yang akan dilakukan, serta manfaat apa yang diperoleh dari hasil penelitian itu. Oleh karenanya bagian pendahuluan umumnya terdiri atas: (1) Latar belakang, (2) Permasalahan, (3) Tujuan, serta (4) Manfaat penelitian.
3. Tinjauan Pustaka
Bagian ini memaparkan hasil penelusuran pustaka yang terkait dan terpilih, untuk mengatakan kepada pembaca (pembimbing, sponsor, atau penyandang dana) tentang: (1) "State of the art" topik penelitian saat kini; (2) Penelitian terkait yang telah dilakukan, serta hal-hal yang belum terungkap dari penelitian sebelumnya yang mendorong peneliti mengusulkan penelitiannya; (3) Aspek-aspek khusus yang membedakan penelitian yang akan diusulkan dengan penelitian-penelitian sebelumya;
4. Metode Penelitian
Disebut pula sebagai prosedur atau metodologi. Bagian ini menjadi bagian penting dari sebuah proposal karena memaparkan bagaimana proyek penelitian akan dijalankan. Metode penelitian diperlukan untuk meyakinkan pembimbing (atau klien) bahwa peneliti mempunyai rencana sistematis dan logis untuk penelitiannya, mengetahui data apa yang akan dikumpulkan serta bagaimana mengumpulkan dan menganalisisnya. Pada proposal penelitian kimia, bagian metode penelitian terdiri atas paparan rinci entang desain penelitian, peralatan dan bahan yang akan digunakan, serta prosedur kerja yang akan diterapkan. Pada proposal penelitian pendidikan kimia, bagian metode penelitian terdiri atas desain penelitian, subyek penelitian, instrumen (alat pengumpul data) dan teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Untuk penelitian yang didanai pihak luar, jadwal kerja dan anggaran biaya seringkali disertakan pada bagian ini.

Laporan Penelitian
Belum sempurna suatu penelitian apabila hasilnya belum dituangkan dalam laporan. Melalui dokumen laporan penelitian temuan penelitian dapat dikaji dan bahkan dirujuk peneliti lain untuk pengembangan ilmu lebih lanjut. Laporan penelitian dapat berbentuk laporan panjang dan rinci (misalnya skripsi), atau dapat pula dipublikasi dalam bentuk pendeknya, yakni sebagai makalah seminar atau simposium, atau artikel jurnal ilmiah. Terlepas dari lingkup dan medium penyebarannya, laporan penelitian harus menyampaikan informasi tentang mengapa penelitian dilakukan, apa yang menjadi fokusnya, apa yang menjadi acuan konseptualnya, bagaimana desainnya, bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis, temuan apa yang diperoleh, apa implikasi temuan tersebut bagi kepentingan praktis dan pengembangan ilmu.
Pada dasarnya laporan penelitian merupakan perluasan dari proposal penelitian, namun tentunya dengan modifikasi dan perluasan. Modifikasi umumnya dilakukan pada metode penelitian, karena laporan memaparkan apa yang dilakukan, dan sangat mungkin sedikit berbeda dari apa yang direncanakan. Sementara itu perluasan dilakukan karena laporan penelitian memuat hasil penelitian, yakni temuan, pembahasan, kesimpulan, dan saran.
Laporan penelitian versi panjang umumnya terdiri atas: (1) Pendahuluan; (2) Tinjauan Pustaka; (3) Metode Penelitian; (4) Temuan dan Pembahasan; (5) Kesimpulan dan Saran; serta (6) Daftar Pustaka. Sejumlah informasi yang dipandang penting untuk dibaca orang umumnya disertakan sebagai lampiran.
Bab pendahuluan terutama memaparkan konteks yang melatarbelakangi penelitian, permasalahan yang dipecahkan, tujuan penelitian, serta manfaat yang diharapkan (mempertajam apa yang ditulis dalam proposal). Bab tinjauan pustaka terutama memaparkan kerangka teoritik yang melandasi penelitian serta kaitan penelitian yang dikerjakan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya (memperinci apa yang ditulis dalam proposal). Bab metode penelitian memaparkan desain penelitian yang dilakukan, bahan dan peralatan yang digunakan, serta langkah prosedur pengumpulan data serta pola analisis data yang telah dilakukan (memperinci dan memodifikasi apa yang tertulis pada proposal). Bab temuan dan pembahasan terutama memaparkan data yang terkumpul (biasanya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau skema), interpretasi dan analisis peneliti terhadap data tersebut, yang dipandang peneliti memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan yang sedang diteliti, serta tinjauan secara integratif kaitan antara temuan-temuan penelitian dengan teori dan hasil-hasil penelitian terkait yang diungkapkan pada bab studi kepustakaan. Bab kesimpulan dan saran mengungkapkan apa yang menjadi hasil paling penting dari penelitan yang telah dilakukan, serta saran-saran untuk penelitian lebih lanjut dan penerapan praktisnya.
Jika hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk artikel jurnal, maka yang dipaparkan hanyalah aspek-aspek yang sangat penting saja. Selain itu paparan dilakukan secara ringkas karena jumlah halaman untuk artikel jurnal biasanya dibatasi. Pada umumnya struktur artikel jurnal adalah sebagai berikut: (1) Pendahuluan, yang merupakan paparan singkat tentang konteks penelitian dan permasalahan yang diteliti; (2) Metode, yang merupakan paparan singkat tentang desain penelitian, alat-alat dan bahan yang digunakan, serta prosedur penelitian; (3) Temuan dan Pembahasan, yang merupakan paparan singkat hasil pengolahan data (dibantu dengan penyajian tabel dan grafik), serta penjelasan penulis tentang temuan-temuan penelitian, kesenjangan dengan prediksi teoritik, kesejalanan/ketidaksejalanan dengan hasil penelitian orang lain; (4) Kesimpulan, sebagai pernyataan umum hasil penelitian yang dilaksanakan; (5) Daftar pustaka, untuk publikasi yang dirujuk dan membantu pembaca apabila berkeinginan menelaah lebih dalam ihwal yang terkait pada penelitian yang dilaporkan.
Daftar Pustaka:
  1. Indriati, E. (2001). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. Metz, P. A. (1994). Introduction to the Symposium on What is Research in Chemistry Education. Journal of Chemical Education, 71(3), 180-181.
  3. Moore, N. (1995). Cara Meneliti (Terjemahan Elly Suradikusumah). Bandung: Penerbit ITB.

Memulai Menulis 

Setelah hal-hal pokok dalam persiapan menulis ilmiah sudah kita lakukan, maka sampailah kita pada tahap memulai menulis.

Harus mulai dari mana?
Untuk penulisan ilmiah seperti Kertas Kerja, Karya Tulis, Skripsi, Thesis, Disertasi biasanya sudah mengikuti pola yang relatif baku. Pola tersebut biasanya tercermin dalam daftar isi. Jika memang pola tersebut sudah ada, untuk menyelesaikan proposal misalnya, ada baiknya kita mengikuti pola tersebut menurut urutan bab-nya. Karena pola tersebut merupakan kerangka berfikir logis dalam penelitian.
Namun, bukan tidak mungkin kita menyiapkannya secara simultan. Sebagai misal, ketika menyelesaikan latar belakang permasalahan, pada periode yang sama kita mencoba mengumpulkan bahan-bahan teori yang akan digunakan sebagai tinjauan pustaka. Hal ini juga bermanfaat untuk memperkaya pemahaman kita tentang topik atau masalah dari rencana penelitian kita.

Pola baku penulisan ilmiah atau sebuah proposal penelitian paling tidak terdiri dari:
Membangun Kesinambungan Ide dalam Tulisan Ilmiah 

Kesinambungan ide merupakan faktor penting dalam sebuah tulisan. Ada banyak ide-ide besar tidak dapat dimengerti karena kesinambungannya tidak jelas. Kesinambungan ide dalam tulisan, dapat dibangun melalui pengembangan antar paragraf yang dinamis. Paragraf yang dinamis dipengaruhi oleh kepaduan makna antar kalimatnya secara koheren. Dan makna kalimat sangatlah tergantung pada ketepatan tata bahasa, diksi dan gaya bahasa, sehingga tercipta kalimat yang efektif.

Menciptakan kalimat efektif dalam tulisan

Hal yang satu ini seringkali diabaikan ketika menulis. Walaupun sebenarnya, kalimat itu merupakan kunci keberhasilan dari keseluruhan tulisan. Karena kalimat mencerminkan ide pokok, citarasa, etika dan tingkat kedalaman analisis seorang penulis. Pemahaman akan kalimat yang efektif sangatlah penting. Hal ini menyangkut penerapan tatabahasa, diksi dan gaya bahasa dalam tulisan.

Dalam tulisan ilmiah, tulisan kita dipahami sebagai karya ilmiah yang menyampaikan kebenaran. Disampaikan dalam tatanan resmi disampaikan dalam langgam bahasa tulis. Olehkarena itu, ketaatan terhadap tatabahasa sangatlah mutlak. Penggunaan tanda baca, teknik penulisan, pemilihan jenis kalimat, penggunaan gaya bahasa haruslah dipahami.

Seringkali, istilah dalam bahasa percakapan/lisan dengan tanpa terasa masuk dalam bahasa tulis. Penggunaan kalimat majemuk bertingkat, sangatlah mengganggu pembaca dalam memahami ide kita. 

Oleh karena itu, menggunakan kalimat efektif sesuai tatabahasa menjadi pilihan yang paling bijaksana. Tidak sedikit kita jumpai paragraf dalam tulisan hanya berisi satu kalimat! Dan kalimat tersebut dapat berisi 12-25 kata.
Beberapa saran, yang mungkin dapat membantu kita menciptakan kalimat efektif adalah:
  • Gunakan maksimal 12 kata untuk satu kalimat
  • Buatlah kalimat berstruktur minimal Subyek-Predikat (S-P)
  • Hindari penggunaan kalimat majemuk
  • Pilih kata dan gaya bahasa yang resmi dan untuk bahasa tulis

Jika hal-hal di atas, sudah dapat kita lakukan, maka langkah berikutnya adalah membangun paragraf yang dinamis.

Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 

Salah satu tugas peneliti yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan penelitiannya adalah mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitan. Hal ini mengandung pengertian, bahwa rumusan masalah penelitian memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membawa konsekuensi pada tahapan proses penelitian berikutnya.

Seorang peneliti yang tidak mengetahui secara pasti apa masalah penelitian yang dihadapi, sama halnya dengan orang yang tidaktahu tentang apa yang harus diperbuat. Karena rumusan masalah yang jelas dan tajam, akan membimbing penelitiiuntuk pengembangan tujuan, kerangka teoitik, perumusan hipotesis, identifikasi variable penelitian, pemilihan rancangan dan jenis penelitian. 

Namun persoalan dasar, yang harus dimengerti adalah apa yang dimaksud dengan rumusan masalah penelitian, bagaimna cara mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitan, serta dari mana peneliti dapat memperoleh sumber-sumber permasalahan di bidang kesehatan.

Bagaimna masalah penelitian itu muncul? Permasalahan akan muncul jika ada kesenjangan antara teori (what should be) atau harapan dengan kenyataan yang dijumpai (what is)

Namun, tidak semua kesenjangan dapat dikembangkan menjadi permasalahan penelitian? Ternyata tidak semuanya. Ada kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar sebuah kesenjangan dapat dikembangkan menjadi permasalahan penelitian. Kondisi itu adalah:

Adanya kesenjangan antara kenyataan dengan teori atau hasil penelitian terdahulu
Dari kesenjangan itu dpt dikembangkan pertanyaan, mengapa kesenjangan itu terjadi.
Pertanyaan tersebut memungkinkan untuk dijawab, dan jawabannya lebih dari satu kemungkinan
Dengan demikian pengertian permasalahan penelitian adalah pertanyaan tentang situasi problematik yang timbul dari kesenjangan antara kenyataan dengan teori atau hasil penelitian terdahulu, yang memungkinkan untuk dijawab, dan jawabannya lebih dari satu.

 Menetapkan Judul Penelitian 

Meskipun posisi judul penelitian dalam sebuah dokumen proposal penelitian letaknya paling luar atau paling atas, namun pada kenyataannya tidak selalu demikian. Menurut logika penelitian, awal sebuah proposal penelitian adalah mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan penelitian. Sehingga penetapan judul penelitian, baru memungkinkan untuk dilakukan, setelah rumusan masalah penelitian itu diketahui.

Menetapkan judul penelitian, paling tidak harus mengikuti kaidah umum sebagai berikut:
  • Judul mencerminkan topik dan isi dari penelitian. Oleh karena itu, judul penelitian bukan harga mati, selama proses penyusunan proposal atau proses penelitian berlangsung, sangatlah mungkin terjadi perubahan redaksional pada judul.
  • Penulisannya singkat dan jelas. Singkat artinya tidak terlalu panjang, berkisar 8 sampai 12 kata. Jelas artinya mengungkapkan variabel utama, subyek, lokasi dan waktu penelitian
Menulis Latar Belakang Permasalahan 

Latar Belakang Permasalahan merupakan kunci dari sebuah proposal penelitian. Karena logika penelitian dilakukan berdasar adanya fenomena problematik yang harus diatasi. Sehingga latarbelakang harus menunjukkan sistematika yang menjurus ke arah pemilihan suatu masalah tertentu. Masalah tersebut tentunya yang penting dan menarik untuk dilakukan penelitian. Pada tahap ini, peneliti sudah dapat mengidentifikasi awal permasalahan utamanya serta faktor-faktor utama yang menjadi penyebabnya. Pada kondisi ini sudah dapat diketahui variabel terikat (dependent) sebagai akibat dari variabel pengaruh variabel bebas (independent) .

Teknik penulisan Latar Belakang Permasalahan dalam penelitian dimulai dari pengungkapan secara sistematis deskripsi masalah secara makro pada tingkat global menuju permasalahan yang bersifat mikro yang terjadi di lokasi penelitian. Penulisan masalah ini dilakukan dengan memaparkan variabel terikat (dependent) sebagai pokok pikiran utama dan variabel bebas (independent) sebagai pokok pikiran penjelas.

Unsur pokok yang harus ada dalam penulisan Latar Belakang Permasalahan adalah perlunya menonjolkan bahwa masalah itu sangat penting untuk diatasi dan menarik untuk diteliti. Sehingga fenomena problematika yang akan kita bahas menunjukkan tingkat seriousness of the problem. Tingkat keseriusan masalah ini dapat dilihat dari aspek kegawatan karena sifatnya dapat mengancam jiwa, luasnya wilayah yang terkena dampak masalah, aspek teknologi atau aspek kecemasan yang menimpa pada masyarakat. Aspek ini tentunya harus didukung data pendukung yang meyakinkan. Untuk keperluan data, maka sumber-sumber pustaka seperti jurnal ilmiah, laporan penelitian, publikasi pemerintah sangatlah penting.
Masalah yang sering dijumpai, pada awal-awal penulisan Latar Belakang Permasalahan adalah awal yang terlalu lebar dan tidak terstruktur. Meskipun konsep pembahasan dalam Latar Belakang Permasalahan itu mengikuti pola piramida terbalik, namun awal yang terlalu lebar menyebabkan kita dapat kehilangan fokus. Dengan pembahasan secara terstruktur mengikuti pola tersebut, memungkinkan kita memperoleh akhir yang mengerucut pada suatu masalah utama.

Menetapkan Rumusan Masalah Penelitian 

Dari fenomena problematik yang diuraikan di dalam Latar Belakang Masalah perlu dirumuskan lebih spesifik, sehingga lebih jelas dan lebih terlokalisir. Rumusan Masalah ini diperlukan untuk menuntun peneliti pada tahap-tahap selanjutnya.
Ada beberapa kaidah dasar dalam perumusan masalah penelitian. Rumusan masalah dinyatakan menggunakan kalimat tanya mengenai hubungan antara dua variabel penelitian. Rumusan dalam kalimat tanya sangat dianjurkan karena akan lebih menonjolkan masalah, sehingga bersifat lebih khas dan tajam. Bersifat khas, artinya rumusan masalah penelitian tidak bermakna ganda. Jika terdapat banyak pertanyaan penelitian, maka harus dirumuskan secara terpisah.

Contoh:
Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan tingkat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif pada wanita perkotaan?

Membangun Paragraf yang Dinamis 

Paragraf dalam sebuah tulisan ilmiah, merupakan kumpulan dari dua atau beberapa kalimat yang saling berhubungan dalam satu kesatuan bahasan. Kalimat-kalimat dalam paragraf tidak berdiri sendiri, tetapi saling menjelaskan. Sehingga berapapun jumlah kalimat dalam paragraf, harus saling mendukung, mengarahkan pada suatu bahasan tertentu yang mencerminkan ide pokok penulisan.

Koherensi: kepaduan makna

Setelah kalimat-kalimat efektif itu berhasil kita tulis, tugas kita berikutnya adalah menyusun dalam paragraf. Yaitu menyusun paragraf secara dinamis, menghantarkan pembaca, dari suatu kalimat ke kalimat berikutnya secara runtut, teratur dan tercipta kepaduan makna yang memperkuat ide pokok. Sayangnya, ini tidak mudah!
Seringkali kita terjebak pada bagian-bagian uraian detil yang melebar, sehingga kita kehilangan fokus. Jika sudah demikian, bukan tidak mungkin pembaca, atau bahkan kita sendiri penulisnya, merasa kebingungan apa sebenarnya fokus bahasan paragraf ini.
Untuk mengatasinya, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membangun paragraf yang dinamis, diantaranya dengan pembahasan Ide pokok, Urutan logis, Kronologi kejadian, Perbandingan.

Pembahasan Ide Pokok
Mengembangkan paragraf melalui pembahasan ide pokok, dapat dilakukan melalui pola urutan: Ide-Deskripsi-Analogi-Kesimpulan. Pada awal paragraf, dimulai dengan menuliskan ide pokok atau duduk perkaranya dalam sebuah kalimat efektif. Diikuti deskripsi atau penjelasan dari ide tersebut. Deskripsi ide, dapat dilakukan dengan menjawab atas pertanyaan "Apa", "Kapan", "Dimana", "Bagaimana" dan "Mengapa" atas ide pokok tersebut. Setelah kalimat-kalimat yang menguraikan atas ide pokok tersebut, diikuti analogi, berupa penggambaran situasi, ilustrasi atau data pendukung. Sebagai akhir paragraf, kita dapat menyampaikan kalimat yang berisi penegasan kembali berupa kesimpulan atau solusi.
pendukung. Sebagai akhir paragraf, kita dapat menyampaikan kalimat yang berisi penegasan kembali berupa kesimpulan atau solusi.

Jika ada saran-saran silakan berikan komentar di akhir posting ini, atau jika ingin berdiskusi bisa kunjungi saya di
Forum Membangun Kinerja Staff.

Merumuskan Tujuan Penelitian

Tujuan pada dasarnya merupakan pernyataan tentang apa yang menjadi harapan, atau sesuatu yang ingin diketahui. Pernyataan tersebut merupakan hal-hal yg ingin dilakukan peneliti dalam penelitiannya. Perumusan Tujuan penelitian, dibuat dengan mengacu pada masalah/pertanyaan penelitian. Dengan demikian, antara tujuan dan masalah peneltitian saling terkait. Teknik penulisannya, Tujuan penelitian dirumuskan dengan kalimat pasif, karena tujuan merupakan pernyataan kondisi yang akan dicapai. Dalam penulisan proposal penelitian, Tujuan penelitian biasanya dibedakan menjadi Tujuan umum dan khusus. Tujuan umum, berisi tentang hal yg akan dicapai pada akhir penelitian, yaitu menjawab masalah penelitian. Sedangkan Tujuan khusus, berisi penjabaran tentang hal yg akan dicapai untuk memenuhi/mencapai tujuan umum, yaitu merupakan tahap-tahap yang akan dilakukan dlm penelitian. Merupakan rincian dari Tujuan umum penelitian.

Peninjauan Pustaka dalam Penelitian, biasanya dilakukan setelah peneliti berhasil merumuskan masalah penelitian, menetapkan tujuan dan manfaat penelitian. Tinjauan pustaka penelitian tujuannya untuk memperoleh gambaran tentang tinjauan teori kaitannya dengan masalah yang diteliti atau variabel utama penelitian, landasan teori yang digunakan, kerangka konsep dan hipotesis penelitian.
Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yaitu: (1) prinsip kemutakhiran (kecuali utuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, penelitian dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal seruap berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

Keaslian Penelitian 

Dalam format proposal atau laporan karya tulis ilmiah, seringkali disertakan tentang 'keaslian penelitian'. Maknanya, bahwa topik penelitian yang akan kita laksanakan bersifat asali, otentik, tidak merupakan 'jiplakan' dari naskah atau karya penelitian orang lain.

Untuk membuktikannya bahwa penelitian kita adalah karya yang otentik, maka seorang peneliti harus secara terbuka menyatakannya. Hal-hal penting yang harus diungkapkan adalah mengenai hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tentang topik atau tema penelitian yang akan dilaksanakan. Dari sejumlah penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, selanjutnya dibandingkan dengan topik penelitian kita, terutama dalam hal metodologi penelitian. Meskipun dalam beberapa hal, kita juga harus membahas aspek masalah, tujuan dan hasilnya. Aspek-aspek mana yang memiliki persamaan, dan dalam hal yang mana penelitian kita itu memiliki perbedaan. Perbedaan-perbedaan itulah sebenarnya yang mencerminkan keaslian penelitian.

Pada aspek-aspek yang menunjukkan persamaan dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan peneliti lain, kita dituntut memberikan argumentasi secara memadai mengapa aspek-aspek tersebut masih perlu kita lakukan juga.

Penyusunan Kerangka Teori Penelitian 

Setelah masalah penelitian berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah berikutnya adalah mengajukan hipotesis yang didasarkan dari kajian mendalam teori-teori yang relevan dengan variabel-variabel penelitian. Agar sebuah kerangka teoretis meyakinkan maka argumentasi yang disusun dalam teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan terbaru. 

Disamping itu, kerangka teori juga dapat dilakukan melalui pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti lainnya. Hasil penelitian orang lain yang relevan dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Berdasarkan kajian teoretis dan hasil-hasil penelitian yang relevan, maka tahap berikutnya peneliti menyusun kerangka berpikir yang mengarahkan perumusan hipotesis. 

Dengan demikian produk akhir dari proses pengkajian kerangka teoretis adalah perumusan hipotesis. 

Secara ringkas, langkah penyusunan kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis dapat dibagi ke dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
  • Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis.
  • Pembasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.
  • Penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan premis-premis sebagaimana yang terkandung dalam teori dan hasil penelitian tersebut dengan menyatakan secara tersurat pernyataan, postulat, asumsi, dan prinsip yang dipergunakan.
  • Perumusan hipotesis.
Merumuskan Hipotesis Penelitian

Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kuantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu sub bab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif.

Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis mrupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.

Secara teknis, hipotesis penelitian biasanya dicantumkan dalam Bab II (Bab Tinjauan Pustaka) setelah Tinjauan Teori dan Landasan Teori. Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesisi tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, bagian akhir kajian dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji.


Variabel Penelitian 

Pengertian Variabel
Variabel berasal dari akar kata vary (berarti: berbeda) dan able (berarti: dapat), secara harfiah kata 'variabel' dapat diartikan sebagai sesuatu yang hasilnya dapat berbeda-beda. Secara singkat, variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati dan hasilnya dapat berbeda-beda (antar responden-Red). Tentunya banyak pengertian lain, tapi sepertinya pengertian itu sudah cukup.
Di sini akan diuraikan berbagai jenis variabel yang sering dijumpai dalam suatu penelitian. Variabel penelitian juga dapat dibedakan menjadi (1). Variabel bebas (independent variable), (2). Variabel terikat (dependent variable). Penggolongan tersebut dilakukan berdasarkan sifat hubungan antar variabel. Dalam hal ini sifat hubungannya adalah hubungan kausalitas.

Variabel bebas juga sering disebut variabel antecedent, dan variabel terikat disebut qonsequent. Variabel bebas ialah variabel yang oleh peneliti diperkirakan menjadi penyebab munculnya atau berubahnya variabel terikat. Sedang variabel terikat ialah variabel yang terjadi atau muncul atau berubah karena mendapat pengaruh atau disebabkan oleh variabel bebas. Di antara hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut terdapat variabel-variabel perantara (moderator), variabel pengganggu (intervening variable), dan variabel pengendali variabel lain (control variable).

Variabel bebas (independent)
 
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab atau berubahnya suatu variabel lain (variabel dependen). Juga sering disebut dengan variabel bebas, prediktor, stimulus, eksougen atau antecendent.

Variabel terikat (dependent)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas). Juga sering disebut variabel terikat, variabel respons atau endogen. Variabel inilah yang sebaiknya anda kupas dalam-dalam pada latar belakang penelitian. Berikan porsi yang lebih dalam membahas variabel terikat dari pada variabel bebasnya karena merupakan implikasi dari hasil penelitian.

Variabel antara (Moderating variable)
Variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sekali lagi, memperkuat atau memperlemah. Variabel moderating juga sering disebut sebagai variabel bebas kedua dan sering dipergunakan dalam analisis regresi linear, atau pada structural equation modeling. Sebagai contoh, hubungan ayah dan ibu akan semakin mesra dengan adanya anak. Jadi anak merupakan variabel moderating antara ayah dan ibu. Atau, selingkuhan merenggangkan hubungan ayah dan ibu, jadi selingkuhan merupakan variabel moderating antara ayah dan ibu.

Variabel pengganggu (intervening variable)
Adalah variabel yang menjadi media pada suatu hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dijadikan acuan bagi variabel yang lain.
 Variabel Pengganggu dalam penelitian 

Variabel bebas, tergantung, kontrol dan moderat merupakan variable-variabel kongkrit. Ketiga variable, yaitu variable bebas, kontrol dan moderat tersebut dapat dimanipulasi oleh peneliti dan pengaruh ketiga varaibel tersebut dapat dilihat atau diobservasi. Lain halnya dengan variable pengganggu, variable tersebut bersifat hipotetikal artinya secara kongkrit pengaruhnya tidak kelihatan, tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara varaibel bebas dan tergantung yang sedang diteliti. Oleh karena itu, variable pengganggu didefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan varaibel yang sedang diteliti tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi; pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh-pengaruh variabel bebas dan variable moderat terhadap gejala yang sedang diteliti.

DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional penelitian adalah suatu Konsep yang digambarkan dalam definisi konsep tentu saja tidak akan dapat diobservasi atau diukur gejalanya dilapangan. Untuk dapat diobservasi atau diukur, maka suatu konsep harus didefinisikan secara operasional. Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan-rujukan empiris apa saja yang dapat ditemukan dilapangan untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga konsep tersebut dapat diamati dan diukur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi operasional merupakan jembatan yang menghubungkan conceptual-theoretical level dengan empirical –observational level.

Sebagai contoh, Purwanto dan Sulistyastuti (2007) untuk menggambarkan apakah ada atau tidak partisipasi di suatu kabupaten/kota dalam pembuatan kebijakan maka survey GDS I  menggunakan definisi operasional sebagai berikut untuk menggambarkan konsep partisipasi sebagai sesuatu yang dapat diamati atau diukur:

1. Pertemuan warga
2. Kotak pos
3. Forum komunikasi
4. Peninjauan lapangan
5. Media massa
6. Musbangdes/UDKP/Rakorbang



Mengukur Validitas dan Reliabilitas 

Validitas

Secara umum uji validitas adalah untuk melihat apakah item pertanyaan yang dipergunakan mampu mengukur apa yang ingin diukur. Terdapat berbagai macam konsep tentang validitas. Seperti tulisan KonsultanStatistik, tentang konsep validitas yang jamak dipergunakan dalam berbagai penelitian ekonomi. Suatu item pertanyaan dalam suatu kuesioner dipergunakan untuk mengukur suatu konstruk (variabel) yang akan diteliti. Sebagai contoh: besarnya gaji valid dipergunakan untuk mengukur kekayaan seseorang; atau jumlah anak tidak valid dipergunakan untuk mengukur kekayaan seseorang. Artinya gaji berkorelasi dengan tingkat kekayaan seseorang, tetapi jumlah anak tidak berkorelasi dengan tingkat kekayaan seseorang.

Alat analisis Uji Validitas

Beberapa alat analisis yang sering dipergunakan untuk melakukan uji validitas adalah:
1. Korelasi Product Moment
Item butir dinyatakan valid jika mempunyai korelasi dengan skor total (r hitung) di atas r tabel. Perhitungan dengan SPSS menggunakan Analyze --> correlate --> bivariate, pilih Pearson. Pindahkan data jawaban pada masing-masing butir dan skor total dari kiri ke kanan. Hasilnya pada output, lihat pada kolom paling kanan.

2. Corrected Item to Total Correlation
Adalah dengan mengkoreksi nilai r hitung karena adanya spurious overlap. Perhitungan dengan SPSS menggunakan Analyze --> Scale --> Reliability Analysis, pindahkan jawaban responden pada masing-masing butir (tanpa skor total) dari kiri ke kanan --> Pilih Statistic è Klik pada Scale if item deleted --> OK. Nilai yang dipergunakan pada kolom Corrected item-total correlation.

3. Analisis Faktor
Item yang valid akan mengelompok pada konstruk yang diukur. Analisis dengan SPSS menggunakan Analyze--> Data reduction --> Factor Analysis --> masukan semua jawaban responden. Item pertanyaan pada suatu konstruk yang tidak mengelompok pada konstruk tersebut dinyatakan tidak valid.

Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah untuk melihat apakah rangkaian kuesioner yang dipergunakan untuk mengukur suatu konstruk tidak mempunyai kecenderungan tertentu. Nilai yang lazim dipakai adalah 0,6. Perhitungan dengan SPSS sama dengan perhitungan validitas dengan Corrected Item to Total Correlation. Nilai yang dilihat adalah Alpha, pada bagian kiri bawah.

Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul
1. Bagaimana perlakuan terhadap butir pertanyaan yang tidak valid?
Jawab: Butir yang tidak valid berarti tidak mampu mengukur suatu konstruk yang akan diukur, sehingga sebaiknya dikeluarkan dari model penelitian.

2. Butir-butir pertanyaan sudah valid semua, tetapi mengapa tidak reliabel?
Jawab: Meskipun ada kecenderungan bahwa jika semua butir sudah valid akan reliabel, akan tetapi hal tersebut tidak merupakan suatu jaminan. Upaya yang dapat dilakukan agar menjadi reliabel adalah dengan menggunakan pengujian reliabilitas yang lain, atau memodifikasi indikator yang dipergunakan.

3. Kuesioner sudah valid dan reliabel, tetapi mengapa hipotesis tidak diterima?
Jawab: Tidak ada hubungan antara uji validitas dan reliabilitas dengan penerimaan hipotesis. Uji validitas dan reliabilitas hanya untuk melihat apakah alat ukur yang dipergunakan (kuesioner) sudah layak dipergunakan atau belum.

4. Metode pengujian mana yang paling tepat?
Jawab: Tidak ada ketentuan yang pasti dan tergantung dari model yang dipergunakan dalam penelitian.

5. Bolehkan pengujian Alpha Cronbach dipergunakan untuk kuesioner dengan jawaban benar dan salah?
Jawab: Tidak boleh. Alpha Cronbach tidak dapat digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dengan skala nominal (benar/salah)

6. Berapakah jumlah indikator yang ideal dalam mengukur suatu konstruk/variabel?
Jawab: Tidak ada ketentuan yang pasti. Semakin banyak akan semakin baik, akan tetapi memerlukan tenaga yang lebih besar dan mungkin tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Untuk model dengan SEM, disarankan minimal 3 indikator setiap konstruk (tetapi bukan merupakan suatu keharusan) 
 
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 

Sumber data sebuah penelitian ada kalanya menggunakan data dari hasil kuesioner. Tentunya dalam penyusunan sebuah kuesioner harus benar-benar bisa menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga dapat konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda (reliabel)

Uji Validitas 

Tentang uji validitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya, sebagai berikut:
Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel.

Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok variabel tertentu.
Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Hasilnya dibandingkan dengan r tabel | df=n-k dengan tingkat kesalahan 5%

Jika r tabel Jika r tabel < r hitung, maka butir soal disebut valid

Uji Reliabilitas 

Tentang uji reliabilitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya, sebagai berikut:
Untuk menilai Kestabilan ukuran dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Kuesioner tsb mencerminkan konstruk sebagai dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan

Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan.

Jika nilai alpha>0.60, disebut reliabel
 Uji Validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan SPSS 

Secara mudah kuesioner diuji cobakan dulu kepada responden sample (misal 30 responden).
Dalam SPSS langkah menentukan butir pertanyaan yang valid dapat dilakukan dengan mudah.
Langkahnya adalah sebagai berikut : 

Analyse > Scale > Reliability Analysis 

Pada bagian Statistic aktifkan kotak cek Item, Scale, Scale if item deleted.
Abaikan pilihan yang lain, klik Continue – OK. 

Cara baca output: 
Lihat pada bagian Item-total statistic pada kolom Corrected Item Total Correlation, nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai korelasi butir-butir pertanyaan terhadap skor totalnya. Nilai hitung tersebut dibandingkan dengan r tabel (lihat ditabel dengan terlebih dulu mencari df-nya (derajat kebebasan) sesuai dengan datanya dan asumsi spss akan menggunakan tingkat signifikansi 5%). 
Pengambilan kesimpulannya jika nilai hitung > dari nilai r-tabel maka butir tersebut dinyatakan valid. Perlu diperhatikan karena data adalah 1 arah (ke arah positif) maka nilai hitung yang bernilai negatif otomatis tidak valid. Jika masih ada butir yang tidak valid maka dikeluarkan (klik kanan pada nama variabelnya – Clear) kemudian diproses ulang (ulangi langkah Analyse > Scale > Reliability Analysis, dst) sampai mendapatkan semua butir valid.
Kemudian untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel maka bisa dikatakan reliabel. Ada juga yang berpendapat reliabel jika nilai r > 0,60.
Sekarang kuesioner telah siap untuk disebar ke responden yang ditargetkan.
Sebagai catatan untuk mencari nilai korelasi data juga bisa dilakukan lewat menu Analyse > Correlation > Bivariate.
 
Selamat mencoba.
Sampling Error

 Ada 2 tipe kesalahan di dalam penelitian survey, yaitu sampling error dan non sampling error. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error) adalah kesalahan yang terjadi dari kegiatan pengambilan sampel. Misalnya sampel yang dipilih tidak mencerminkan karakter populasi yang sesuai tujuan penelitian. Sebagai contoh penelitian bertujuan untuk meneliti kemiskinan, tetapi sampel yang diambil dari populasi justru masyarakat yang berpenghasilan tinggi atau masyarakat kaya.  

Sampling error memiliki karakteristik sebagai berikut:
  •  Menurun ketika jumah sampel meningkat
  • Tergantung pada jumlah populasi
  • Tergantung variasi karakteristik populasi
  • Dapat dikurangi dengan perencanaan teknik pengambilan sampel
Menyajikan Hasil Penelitian

Pada dasarnya menyajikan hasil penelitian dalam laporan research, merupakan upaya memberi jawaban atas tujuan penelitian. Sehingga, Menyajikan Hasil Penelitian harus memuat point-point tujuan khusus dan tujuan umum penelitian.

Untuk memulainya, penyajian Hasil Penelitian diawali dengan pemberian gambaran lokasi penelitian dan karakteristik responden. Dilanjutkan point-point yang merupakan jawaban atas tujuan khusus dan tujuan umum penelitian.

Secara garis besar, aturanya mengikuti kaidah-kaidah penulisan ilmiah yang pernah saya bahas. Teknik penulisannya, dapat berupa kombinasi narasi, tabular, semi-tabular atau grafik. Ada hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti, yaitu (1) teknik penyajian Hasil Penelitian dalam bentuk narasi, tabular, semi-tabular atau grafik (2) teknik membaca tabel atau grafik yang benar, sehingga keberadaan tabel atau grafik dalam penyajian dapat effectif.

Teknik penyajian data dengan narasi

Penyajian data dengan narasi mengandung pengertian bahwa hasil penelitian itu disampaikan menggunakan kalimat. Pada teknik ini, sangatlah penting penggunaan kalimat yang efektif serta ketepatan pemilihan diksi dan gaya bahasa. Untuk ini ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan:

Laporan penelitian merupakan jenis karya tulis ilmiah, sehingga gaya bahasanya harus resmi dengan aturan ejaan yang baku. Seperti penggunaan tanda baca, huruf besar dan cetak miring. Penulisan tanda baca selalu mengikuti/menyatu dengan kalimat sebelumnya, selanjutnya spasi huruf diikuti kalimat berikutnya.

Gunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif merupakan kalimat lengkap (minimal mengandung subyek dan predikat). Kalimat efektif terdiri 8-12 kata. Hindari penggunaan kalimat majemuk bertingkat.

Jika menggunakan kuotasi atau petikan langsung, lakukan menurut aturan dengan tanda baca yang sesuai. Penggunaan petikan dalam laporan penelitian biasanya mengikuti kaidah umum, yaitu (1) diawali dan diakhiri tanda kutip (2) spasi tunggal (3) dengan paragraf-indent menjorok ke dalam.

Penulisan kuotasi pada penelitian-penelitian kualitatif atau grounded-theory research, seperti pernyataan atau wawancara dengan responden harus dipilih secara seksama, atas dasar nilai penting/kebermaknaannya. Disebut penting jika kuotasi itu menunjukkan intensitas tinggi, konsistensi kuat, frekuensinya sering muncul di dalam situs penelitian.
  
Teknik penyajian data menggunakan tabel 

Tujuan penyusunan tabel dalam laporan penelitian adalah untuk mengatur dan mengelompokkan data observasi/individu/kasus, sehingga frekuensi pemunculannya dalam kelompok dapat diamati. Bentuk tabel dapat bermacam-macam, tergantung pada maksud penyajian dan kompleksitas materi, yaitu data atau informasi apa saja yang dimuat di dalamnya. Meskipun tidak ada aturan yang baku mengenai cara penyusunan tabel, tetapi ada prinsip umum yang telah diterima secara luas. Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum penyusunan tabel:
Tabel disusun sesederhana mungkin. Jika perlu menyusun dua atau tiga tabel lebih baik, dibandingkan menyusun sebuah tabel besar yang berisi terlalu banyak variabel dan rinciannya. Sebuah tabel sebaiknya memuat tidak lebih dari tiga variabel.
Tabel harus dapat menjelaskan sendiri (self-explanation). Untuk itu perlu diperhatikan dalam hal: (a) Penggunaan simbol, kode atau singkatan harus dijelaskan secara rinci pada catatan kaki (b) Pemberian label yang ringkas dan jelas setiap baris dan kolom (c) Pencantuman satuan nilai atau pengukuran dari data harus jelas (d) Total nilai harus ditunjukkan.
Judul tabel biasanya terpisah dengan badan tabel oleh garis atau spasi. Garis vertikal yang memisahkan kolom tidak diperlukan pada tabel kecil.Jika data yang disajikan bukan data primer, maka sumbernya harus disebutkan pada catatan kaki.

Melakukan Pembahasan atas Hasil Penelitian 

Setelah hasil penelitian kita sajikan, tugas seorang peneliti berikutnya adalah melakukan pembahasan. Pembahasan atau diskusi dalam sebuah laporan penelitian sebenarnya merupakan upaya peneliti untuk meyakinkan hasil penelitian kepada pembaca. Upaya pembahasan dapat dilakukan dengan pembahasan teori maupun pembahasan metodologi.

Pembahasan teori dilakukan dengan merujuk hasil penelitian itu pada teori-teori yang mendukungnya atau pada penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Sementara itu, pembahasan metodologi dilakukan dengan menyajikan proses penelitian itu dilakukan hingga memperoleh hasil penelitian tersebut. Namun, dalam hal ini lebih ditekankan bagaimana upaya seorang peneliti dalam menjaga validitas datanya.

Dari uraian diatas, maka langkah praktis yang dapat dilakukan adalah:
  • Menyajikan ringkasan/pokok hasil penelitian. Jika sudah diketahui hasil uji statistik atau uji hipotesis, maka angka atau koefisien tersebut dapat disajikan.
  • Melakukan pembahasan teori atas hasil penelitian
  • Melakukan pembahasan metodologi atas hasil penelitian
Banyak peneliti pada awalnya mengalami kesulitan pada tahap pembahasan ini. Seringkali pembahasan dilakukan dengan menambahkan uraian penjelas dari hasil penelitian, sehingga tahap pembahasan akan terkesan sama dengan uraian hasil penelitian.

Hal lain yang sering menjadi masalah, adalah ketika hasil penelitian tidak sesuai atau bahkan bertolak belakang dengan teori. Jika keadaan ini terjadi, maka langkah yang perlu diambil adalah melakukan pembahasan metodologi. Bisa jadi, ada kesalahan dalam penerapan metodologi penelitian. Kesalahan ini bisa terjadi dalam pemilihan sampel atau penetapan kriteria responden di lokasi penelitian, proses pengumpulan data atau mekanisme analisa data. Seorang peneliti harus menyajikannya sebenar-benarnya. Jika diyakini metodologinya sudah benar, maka dapat dikaji kemungkinan faktor-faktor apa saja yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Jika sudah dapat diidentifikasi, maka dapat dimasukkan sebagai saran penelitian berikutnya. Tetapi jika ternyata ada kesalahan, kekurangan atau keterbatasan dalam metodologi, maka seorang peneliti harus mengakuinya. Dalam naskah penelitian dapat dituliskan sebagai keterbatasan penelitian.
laporan penelitian
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Amenorea Laktasi (Mal) Pada Ibu Menyusui Di Desa Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen Tahun 2010 

Eka Kristiana H1, Cokro Aminoto, SIP. M.Kes2, Dyah Puji Astuti, S.SiT3

ABSTRAK
Latar Belakang, metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan lainnya. Desa Karangduwur merupakan salah satu Desa dengan jumlah ibu menyusui terbanyak, namun penggunaan MAL masih sangat rendah.
         Tujuan Penelitian, untuk mengetahui karakteristik responden serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya penggunaan metode amenorea laktasi (MAL) pada ibu menyusui di Desa Karangduwur, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen tahun 2010.
Metode, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi 54 ibu menyusui dengan umur bayi 0-6 bulan. Teknik sampel yang digunakan menggunakan random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner. Analisis data menggunakan analisis multivariat dengan rumus regresi logistik ganda.
Hasil, dari hasil penelitian faktor paling dominan yang berhubungan dengan rendahnya penggunaan metode amenorea laktasi pada ibu menyusui di Desa Karangduwur adalah faktor status gizi dengan Exp B 41,230.
Kesimpulan, faktor-faktor yang di duga berhubungan dengan rendahnya penggunaan metode amenorea laktasi pada ibu menyusui di Desa Karangdhuwur yaitu pendidikan, pengetahuan, siklus menstruasi, status gizi, pekerjaan dan ekonomi. Dari ke 6 faktor tersebut yang mempunyai hubungan dengan MAL   adalah faktor pengetahuan, siklus menstruasi, dan status gizi ibu yang mempunyai nilai signifikansi p> 0,05.

Kata Kunci: Faktor-Faktor, Metode Amenorea Laktasi, Ibu Menyusui


Gambaran Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Di Wilayah Kerja Puskesmas Padureso Kabupaten Kebumen

Dwi Utami1), Cokro Aminoto2), Dyah Puji Astuti3)
INTISARI

Latar Belakang, mortalitas dan morbiditas merupakan masalah besar di negara berkembang seperti di Indonesia. Menteri Kesehatan pada tahun 2007 mencanakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker sebagai upaya percepatan penurunan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI). Dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) ini, harus ada peran yang baik dari bidan, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, suami, ibu hamil dan keluarga. 

Tujuan, mengetahui gambaran peran kader dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) di wilayah kerja Puskesmas Padureso.

Metode Penelitian, deskriptif dengan menggunakan desain penelitian observasional. Pengambilan sampel subjek penelitian dengan teknik simple random sampling, jumlah sampel 37 responden. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara.

Hasil, gambaran peran kader dalam pelaksanan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah Kerja Puskesmas Padureso dalam pendataan cukup baik (43,2%), peran kader dalam pengisian format stiker tidak baik (27,0%), peran kader dalam fasilitasi keluarga cukup baik (32,4%), peran dalam penggalian kesepakatan baik (54,1%), peran kader dalam monitoring hasil tidak baik (62,2%), peran kader dalam evaluasi hasil tidak baik (67,6%), dan peran kader dalam pelaporan tidak baik (59%).

Kesimpulan, gambaran peran kader dalam pelaksanaan program perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) masih perlu ditingkatkan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi.

Kata Kunci : Peran Kader, Pelaksanaan P4K


Gambaran Pengetahuan Ketrampilan Dan Sikap Bidan Tentang Partograf Dalam Pertolongan Persalinan Di Puskesmas Adimulyo 2009
 
Norma Thersi Hervina, Cokro Aminoto, SIP, M. Kes, Eni Indrayani, S.Si.T

ABSTRAK

Latar belakang : Di Puskesmas Adimulyo dari Januari 2008 sampai dengan Oktober 2008 adalah 760 persalinan. Hanya 76,18% yang dipantau dengan partograf.  
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, ketrampilan dan sikap bidan tentang partograf dalam pertolongan persalinan di Puskesmas Adimulyo tahun 2009.
Metode penelitian : Penelitian menggunakan metode deskriptif eksploratif. Responden terdiri dari 26 responden di Puskesmas Adimulyo. Data diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner. Analisa deskriptif. 
Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang partograf adalah baik (73%), dan cukup (23%). Untuk ketrampilan responden dalam pengisian partograf adalah baik (54%), cukup (38%), dan kurang (8%). Untuk sikap responden terhadap penggunaan partograf adalah baik (15%) dan cukup (85%).
Kesimpulan : Pengetahuan dan ketrampilan bidan tentang partograf termasuk dalam kategori baik, sedangkan sikap bidan terhadap penggunaan partograf termasuk dalam kategori cukup.

 
Kata kunci : pengetahuan, ketrampilan, sikap, partograf.

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Menopause di Desa Candirenggo Kecamatan Ayah Kab. Kebumen Tahun 2009
Oleh:
Mirna Ayuningsih1 Cokro Aminoto2, Umi Laelatul Qomar3


Latar Belakang:

Setiap wanita dalam kehidupannya akan mengalami menopause. Banyak faktor yang berperan dalam kehidupan menopause, yaitu faktor internal dan ekternal. Diantara faktor internal yang mudah diamati adalah tingkat pengetahuan wanita tentang menopause.

Tujuan Penelitian:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang menopause di Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen tahun 2009. Pengetahuan menopause mempunyai beberapa variabel diantaranya pengertian, tanda dan gejala, patofisiologis menopause, faktor-faktor yang mempengaruhi menopause dan upaya menghadapi menopause.

Metodologi Penelitian: 

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita berusia 40-50 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Karakteristik sampel adalah wanita belum menopause, bersedia menjadi responden dan bertempat tinggal di Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen pada tahun 2009.

Hasil: 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang menopause cukup. Oleh karena perlu meningkatkan peran serta aktif masyarakat memberikan informasi-informasi kepada masyarakat yang lain tentang menopause.
Kata Kunci : Pengetahuan, ibu, menopause
Kepustakaan : 18 (1999-2008)
1) Mahasiswa STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2) Dosen Pembimbing I
3) Dosen Pembimbing II

Kajian Pustaka dan Kerangka Teori Syarat Mutlak Dalam sebuah Penelitian

Kajian pustaka dan kerangka teori merupakan kerangka acuhan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian tindakan kelas. Dasar-dasar usulan penelitian tindakan kelas tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu yang terkait dan mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tindakan kelas. Ary (1983 ) mengatakan bahwa sangat penting bagi peneliti untuk mencari hasil penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang diteliti sebagai dasar pendukung pilihan.

Dalam pembahasan kajian pustaka dan kerangka teori perlu diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian tindakan kelas perlu dipecahkan dengan strategi yang dipilih. Kajian teoritik mengenai prosedur yang akan dipakai dalam pengembangan juga dikemukakan. 

Kajian pustaka dan kerangka teori dipaparkan dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat. (UM, 2005).

II. Fungsi Kajian Pustaka

Dalam penelitian terlebih penelitian tindakan kelas kajian pustaka dan kerangka teori memiliki beberapa fungsi. Seperti yang dikemukakan Zubaidah, (2007) bahwa fungsi kajian pustakan meliputi; (1) mengetahui sejarah masalah penelitian, (2) membantu memilih prosedur, (3) memahami latar belakang teoritis masalah penelitian, (4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, (5) menghindari duplikasi, dan (6) memberikan pembenaran pemilihan masalah penelitian. 

Amirin (2000) memaparkan bahwa kajian pustaka juga digunakan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan diangkat menjadi topik penelitian serta untuk menjelaskan kedudukan masalah dalam tempatnya yang lebih luas. Konstruksi teoritik yang ada dalam kajian pustaka akan memberikan landasan bagi penelitian. Sehingga sumbangan kajian pustaka pada penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut; 

1.      Konstruksi Teoritik sebagai Dasar
Penelitian apa pun tidak akan terlepas dari kerangka teori. Penelitian tidaklah berarti tanpa teori sama sekali. Paling tidak sebagai pegangan atau pedoman untuk memberikan asumsi atau postulat, prinsip, teori, konsep, preposisi dan definisi operasional.
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Tolok Ukur
Penelitian tindakan berupaya untuk meningkatkan kinerja pembelajaran atau proses kegiatan pembelajaran sehingga perlu sarana untuk mengontrol baik tidaknya prosedur yang digunakan. Kerangka teori dapat membantu sebagai ukuran patokan (standart atau tolok ukur) yang dimaksud.
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Sumber Hipotesa
Hipotesa pada umumnya dimunculkan dari kajian teori. Teori-teori yang diragukan akan dicoba dan diuji kembali sehingga terbentuklah hipotesa. Dasar rasional mengapa harus diuji kembali karena pembuktian secara teoritis harus diimbangi dengan pembuktian secara empiris.

II. Penyusunan Kajian Pustaka 

Dalam menyusun kajian pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. Kajian pustaka dapat digunakan dengan dua pola; yaitu deduktif dan induktif. Dengan dedukutif kita mulai dari proposisi yang berlaku umum dan memberlakukannya pada keadaan khusus, serta berlaku sebaliknya untuk induktif.

Langka-langkah yang dilakukan dalam penyusunan kajian pustaka; (1) siapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari pustaka, (2) siapkan sistematika pengumpulan informasi, dan (3) mencari informasi sebanyak-banyaknya dari bahan kepustakaan maupun internet.

Supaya peneliti lebih mudah dalam penyusunan kajian pustaka perlu diperhatikan hal-hal berikut; (1) gunakan masalah penelitian sebagai fokus, (2) buat rencana urutan pencarian dan penulisan, serta (3) menekankan keterkaitan pustaka dengan masalah penelitian. Zubaidah (2007).

BACA SELENGKAPNYA DI BUKU “ DESIGN ACTION RESEARCH” KARYA “ERNA FEBRU ARIES S.,“ SUDAH DILENGKAPI DENGAN CONTOH-CONTOH LAPORAN PENELITIAN LENGKAP …. HUBUNGI SEGERA 081 803 802 797

Kajian Pustaka dan Kerangka Teori Syarat Mutlak Dalam sebuah Penelitian

Kajian pustaka dan kerangka teori merupakan kerangka acuhan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian tindakan kelas. Dasar-dasar usulan penelitian tindakan kelas tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu yang terkait dan mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tindakan kelas. Ary (1983 ) mengatakan bahwa sangat penting bagi peneliti untuk mencari hasil penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang diteliti sebagai dasar pendukung pilihan.

Dalam pembahasan kajian pustaka dan kerangka teori perlu diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian tindakan kelas perlu dipecahkan dengan strategi yang dipilih. Kajian teoritik mengenai prosedur yang akan dipakai dalam pengembangan juga dikemukakan. 

Kajian pustaka dan kerangka teori dipaparkan dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat. (UM, 2005).

II. Fungsi Kajian Pustaka

Dalam penelitian terlebih penelitian tindakan kelas kajian pustaka dan kerangka teori memiliki beberapa fungsi. Seperti yang dikemukakan Zubaidah, (2007) bahwa fungsi kajian pustakan meliputi; (1) mengetahui sejarah masalah penelitian, (2) membantu memilih prosedur, (3) memahami latar belakang teoritis masalah penelitian, (4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, (5) menghindari duplikasi, dan (6) memberikan pembenaran pemilihan masalah penelitian.
Amirin (2000) memaparkan bahwa kajian pustaka juga digunakan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan diangkat menjadi topik penelitian serta untuk menjelaskan kedudukan masalah dalam tempatnya yang lebih luas. Konstruksi teoritik yang ada dalam kajian pustaka akan memberikan landasan bagi penelitian. Sehingga sumbangan kajian pustaka pada penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut;
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Dasar
Penelitian apa pun tidak akan terlepas dari kerangka teori. Penelitian tidaklah berarti tanpa teori sama sekali. Paling tidak sebagai pegangan atau pedoman untuk memberikan asumsi atau postulat, prinsip, teori, konsep, preposisi dan definisi operasional.
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Tolok Ukur
Penelitian tindakan berupaya untuk meningkatkan kinerja pembelajaran atau proses kegiatan pembelajaran sehingga perlu sarana untuk mengontrol baik tidaknya prosedur yang digunakan. Kerangka teori dapat membantu sebagai ukuran patokan (standart atau tolok ukur) yang dimaksud.
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Sumber Hipotesa
Hipotesa pada umumnya dimunculkan dari kajian teori. Teori-teori yang diragukan akan dicoba dan diuji kembali sehingga terbentuklah hipotesa. Dasar rasional mengapa harus diuji kembali karena pembuktian secara teoritis harus diimbangi dengan pembuktian secara empiris.

II. Penyusunan Kajian Pustaka 

Dalam menyusun kajian pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. Kajian pustaka dapat digunakan dengan dua pola; yaitu deduktif dan induktif. Dengan dedukutif kita mulai dari proposisi yang berlaku umum dan memberlakukannya pada keadaan khusus, serta berlaku sebaliknya untuk induktif.

Langka-langkah yang dilakukan dalam penyusunan kajian pustaka; (1) siapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari pustaka, (2) siapkan sistematika pengumpulan informasi, dan (3) mencari informasi sebanyak-banyaknya dari bahan kepustakaan maupun internet.

Supaya peneliti lebih mudah dalam penyusunan kajian pustaka perlu diperhatikan hal-hal berikut; (1) gunakan masalah penelitian sebagai fokus, (2) buat rencana urutan pencarian dan penulisan, serta (3) menekankan keterkaitan pustaka dengan masalah penelitian. Zubaidah (2007).

BACA SELENGKAPNYA DI BUKU “ DESIGN ACTION RESEARCH” KARYA “ERNA FEBRU ARIES S.,“ SUDAH DILENGKAPI DENGAN CONTOH-CONTOH LAPORAN PENELITIAN LENGKAP …. HUBUNGI SEGERA 081 803 802 797

Kajian Pustaka dan Kerangka Teori Syarat Mutlak Dalam sebuah Penelitian

Kajian pustaka dan kerangka teori merupakan kerangka acuhan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian tindakan kelas. Dasar-dasar usulan penelitian tindakan kelas tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu yang terkait dan mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tindakan kelas. Ary (1983 ) mengatakan bahwa sangat penting bagi peneliti untuk mencari hasil penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang diteliti sebagai dasar pendukung pilihan.

Dalam pembahasan kajian pustaka dan kerangka teori perlu diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian tindakan kelas perlu dipecahkan dengan strategi yang dipilih. Kajian teoritik mengenai prosedur yang akan dipakai dalam pengembangan juga dikemukakan. 

Kajian pustaka dan kerangka teori dipaparkan dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat. (UM, 2005).

II. Fungsi Kajian Pustaka

Dalam penelitian terlebih penelitian tindakan kelas kajian pustaka dan kerangka teori memiliki beberapa fungsi. Seperti yang dikemukakan Zubaidah, (2007) bahwa fungsi kajian pustakan meliputi; (1) mengetahui sejarah masalah penelitian, (2) membantu memilih prosedur, (3) memahami latar belakang teoritis masalah penelitian, (4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, (5) menghindari duplikasi, dan (6) memberikan pembenaran pemilihan masalah penelitian. 

Amirin (2000) memaparkan bahwa kajian pustaka juga digunakan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan diangkat menjadi topik penelitian serta untuk menjelaskan kedudukan masalah dalam tempatnya yang lebih luas. Konstruksi teoritik yang ada dalam kajian pustaka akan memberikan landasan bagi penelitian. Sehingga sumbangan kajian pustaka pada penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut;
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Dasar
Penelitian apa pun tidak akan terlepas dari kerangka teori. Penelitian tidaklah berarti tanpa teori sama sekali. Paling tidak sebagai pegangan atau pedoman untuk memberikan asumsi atau postulat, prinsip, teori, konsep, preposisi dan definisi operasional.
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Tolok Ukur
Penelitian tindakan berupaya untuk meningkatkan kinerja pembelajaran atau proses kegiatan pembelajaran sehingga perlu sarana untuk mengontrol baik tidaknya prosedur yang digunakan. Kerangka teori dapat membantu sebagai ukuran patokan (standart atau tolok ukur) yang dimaksud.
1.      Konstruksi Teoritik sebagai Sumber Hipotesa
Hipotesa pada umumnya dimunculkan dari kajian teori. Teori-teori yang diragukan akan dicoba dan diuji kembali sehingga terbentuklah hipotesa. Dasar rasional mengapa harus diuji kembali karena pembuktian secara teoritis harus diimbangi dengan pembuktian secara empiris.
II. Penyusunan Kajian Pustaka
Dalam menyusun kajian pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. Kajian pustaka dapat digunakan dengan dua pola; yaitu deduktif dan induktif. Dengan dedukutif kita mulai dari proposisi yang berlaku umum dan memberlakukannya pada keadaan khusus, serta berlaku sebaliknya untuk induktif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan kajian pustaka; (1) siapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari pustaka, (2) siapkan sistematika pengumpulan informasi, dan (3) mencari informasi sebanyak-banyaknya dari bahan kepustakaan maupun internet.
Supaya peneliti lebih mudah dalam penyusunan kajian pustaka perlu diperhatikan hal-hal berikut; (1) gunakan masalah penelitian sebagai fokus, (2) buat rencana urutan pencarian dan penulisan, serta (3) menekankan keterkaitan pustaka dengan masalah penelitian. Zubaidah (2007).
BACA SELENGKAPNYA DI BUKU “ DESIGN ACTION RESEARCH” KARYA “ERNA FEBRU ARIES S.,“ SUDAH DILENGKAPI DENGAN CONTOH-CONTOH LAPORAN PENELITIAN LENGKAP …. HUBUNGI SEGERA 081 803 802 797


Menyusun Kerangka Pikiran/Konsep

Menyusun kerangka pikiran adalah menjawab secara rasional masalah yang telah dirumuskan dan diidentifikasikan (mengapa penomena itu sendiri) itu dengan mengalirkan jalan pikiran dari pangkal piker (premis) berdasarkan patokan piker (postukit/asumsi/aksioma) sampai pada pemikiran (hasil berpikir/deduktif/hipotesis) menurut kerangka logis (logical construct). Kerangka logis itu adalah kerangka logika sebagaimana digunakan dalam berpikir deductif, yang menggunakan sillogisme (syllogisme), yaitu suatu argumen (penalaran) deduktif yang valid (abash). Sillogisme itu mempunyai kerangka yang tersendiri dari dua pangkal piker (premis) dan satu kesimpulan (conslusion of consequenxe).Dua pangkal piker (premis) ini dibedakan antara “pangkal piker besar” (premis major) dan “pangkal piker kecil” (premis minor). Sedangkan kesimpulan (konsekuen/konklusi) adalah argumentasi dari kedua premis (pangkal piker) itu.
Pangkal piker (premis) adalah “keterangan” dalam suatu pembahasan yang menjadi landasan untuk menurunkan “keterangan lain” atau bahan bukti untuk mendukung kebenaran suatu kesimpulan, yang berpatokan pada patokan piker (postulat/asumsi/aksioma). Jika keterangan itu bersifat umum/besar (general) disebut pangkal piker besar (premis major), jika bersifat khusus/kecil (bagian dari yang besar) disebut pangkal piker kecil (premis minor).
Patokan piker (postulat/asumsi/aksioma) juga suatu keterangan yang kebenarannya telah terjadi dan (dapat diterima tanpa pembuktian lebih lanjut), digunakan sebagai awal (pangkal) atau pegangan dalam suatu pembahasan, jadi merupakan petokan bagi pengkal piker (premis), maka postulat itu tidak sama denegan premis. Postulat besar merupakan patokan bagi pangkal piker besar (premis major), sedangkan postulat kecil merupakan patokan bagi pangkal piker kecil (premis minor). Perlu dipahami bahwa yang dimaksud besar-kecil (major-minor) itu adalah taraf/tingkatan luas-sempitnya cakupan generalitas empirik.
Postulat/asumsi/aksioma (patokan piker) itu diambil dari teori-teori yang telah diterima kebenarannya. Seperti diketahui bahwa menurut tingkatan generalisasi empiriknya, teori itu terbagi atas dua tingkatan, yaitu yang disebut “teori besar atau cakupan luas (grand or wide range theory)” dan “teori tingkat/cakupan menengah (middle range theory)”. Yang disebut pertama, ialah teori yang menjelaskan sejumlah generalisasi empirik dalam cakupan luas, sedangkan yang disebut kedua adalah teori yang menjelaskan sejumlah generalisasi empirik cakupan menengah (medium). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditunjukan bahwa postulat/asumsi/aksioma bagi patokan premis major itu diambil dari “grand theory”, sedangkan bagi patokan premis minor diambil dari “middle range theory”.
Berdasarkan penjelasan di atas maka menyusun kerangka pikiran menurut kerangka sillogisme itu terdiri dari tiga tahap kegiatan piker, yaitu tahap “penelaahan konsep” (conseptioning), tahap “pertimbangan atau putusan” (judgment) dan tahap “penyimpulan” (reasoning). Penjelasannya adaag sebagai berikut :
1.  Tahap Penelaahan Konsep (Conceptioning)
Pada tahap ini kegiatan piker ditujukan pada penelaahan pengertian-pengertian dari konsep-konsep pada cakupan generalisasi luas dalam bangu teori atau jalinan fakta, untuk menentukan patokan piker (postulat/asumsi/aksioma) dalam upaya menetapkan pangkal piker besar (premis major). Hal ini bersumber dari suatu teori cakupan generalisasi luas (grand or wide range theory).
Operasionalisasinya adalah mencari keterangan (pengertian-pengertian) dari “grand theory” yang kebenarannya dapat diterima tanpa pengujian atau pembuktian lebih lanjut. Keterangan-keterangan ini akan dijadikan patokan atau pegangan untuk menetapkan premis besar (major premis). Sampai disini pekerjaan itu dikatakan menetapkan postulat, generalisasi konsep-konsep mana yang relevan dengan fenomena yang dipermasalahkan itu, dan bagaimana pengertian-pengertian (baik menurut definisi-definisinya maupun menurut “relationship-relationshipnya”).
Menemukan teori-teori generalisasi empirik cakupan luas dengan cara penelaahan (peninjauan) kepustakaan. Pegangannya ialah memperoleh keterangan yang telah teruji kebenarannya. Oleh karena itu memerlukan ketekunan dan kesungguhan, yaitu selektif, komperatif, kritis dan analistis. Hal-hal tersebut berhubungan dengan kemampuan membeda-bedakan proposisi-proposisi yang telah teruji itu (fakta dan atau teori) dan yang belum teruji (hipotesis, atau mungkin juga dalil). Demikian pula membedakan proposisi dan definisi, deskripsi dan eksplanasi, konsep dan variable. Untuk hal ini perlu diingat kembali mengenai komponen/anatomi pengetahuan dan ilmu, beserta pengertian-pengertiannya. Khusus mengenai proposisi-proposisi dakta atau pun teori, perlu dikaji tentang kehakikian bentuk hubungannya, ketegasan dan atau keeratannya (proposition linkage) dan tinggi-rendahnya nilai informatifnya (high and low informative value).
Meskipun susunan kerangka logika itu mendahulukan “premis major”, namun dalam menyusun “conseptioning” ini rumusan dan identifikasi masalahnya (yang dicari “premis minor”nya) dapat didahulukan. Artinya mencari pengertian-pengertian dari konsep-konsep/variable-variabel yang akan ditelaah dari fakta-fakta dan atau teori-teori itu didasarkan pada rumusan dan ideentifikasi masalah yang hendak dijawab itu. Misalnya rumusan dan ideentifikasi masalah yang hendak dijawab itu sebagai berikut :
a. Problem Statement       : “Belum dapat menjelaskan keadaan rel kereta api di dataran tinggi dan di dataran rendah”.
b. Reseach Question        :  “Bagaimana keadaan rel kereta api di dataran tinggi dan di dataran rendah”; atau
“Samakah keadaan rel kereta api di dataran tinggi dan di dataran rendah”.
Dalam perumusan masalah tersebut terkandung konsep-konsep/variable-variabel/”determinant” dan “result”, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah (lingkungan) sebagai determinant (penentu atau yang berpengaruh) terhadap keadaan rel kereta api sebagai result (yang ditentukan atau yang dipengaruhi). Konsep/variable dataran tinggi dan dataran rendah itu merupakan “konsep besar” tentang ketinggian tempat dari permukaan laut (altitude). Keterangan (informasi) yang diperoleh dari konsep “altitude” (sudah mencakup dataran tinggi dan dataran rendah) ialah tentang “suhu (temperatur) suatu tempat”, yang menerangkan bahwa “setiap ketinggian naik 100 meter, suhu (temperatur) turun 10 C”. Jika berdasarkan penelaahan kepustakaan kebenaran dari informasi tersebut meyakinkan tidak memerlukan pengujian atau pembuktian lebih lanjut, maka informasi tersebut dianggap sebagai postulat/asumsi/aksioma (patokan pikir). Berpatokan pada postulat maka perlu dicari keterangan lain yang dijadikan landasan untuk menrunkan keterangan tentang “result” (pikiran tentang keadaan rel kereta api itu), yaitu sebagai premis (pangkal pikir).
Dari penelaahan kepustakaan mengenai “suhu (temperatur)” itu diperoleh keterangan bahwa hal itu bersangkutan dengan energi “panas”, sedangkan keterangan lain yang diperoleh dari padanya ialah hukum panas, yaitu “jika logam terkena panas, maka memuai”. Karena konsep-konsep/variable-variabel yang terkandung pada keterangan tersebut bersifat luas (logam, panas dan memuai) maka dapat dipakai sebagai pangkal pikir besar (major premis), jika dianggap (kebenarannya dapat diterima).
“Conceptioning khusus”, yaitu tentang “result” atau konsep/variable terpengaruh “keadaan rel kereta api”. Keterangan-keterangan yang diperoleh untuk hal bukan tentang fungsinya sebagai jalan untuk melajukan kereta api, tetapi mengenai wujud benda atau barangnya. Berdasarkan hasil penelaahankepustakaan, di peroleh keterangan bahwa rel kereta api itu adalah baja/besi. Jika hal ini kebenaranya dapat di terima tanpa pengujian/ besi itu merupakan “postulat khusus”. Sampai disini selesailah tahap tahap penelaahan konsep-kpnsep (conceptioning) beranjak pada tahap berikutnya, yaitu tahap menimbang atau memutuskan (judgmen),
2) Tahap Pertimbangan atau Putusan (Judgment)
Tahap ini diartikan sebagai kegiatan pikir dalam menimbang atau memutuskan atau menerima atau menolak kesusaian antara pokok (subyek) dan sebutan (predikat) dari suatu keterangan yang sedang di bahas. Pada berpikir deduktif kegiatan ini adalah menerima atau menolak bahwa konsep / variable khusus merupakan “bagian” (golongan, kategori atau klasifikasi) dari konsep / variable umum.
Pada tahap “conceptioning” tentang misal “keadaan rel kereta api” itu sudah sampai pada ‘postulat’ bahwa “rel kereta api itu adalah baja/atau besi”. Pada tahap “judgmen” ini dicari lagi tentang keterangan tentang konsep baja/besi itu di hubungkan dengan subyek (pokok) ini menjadi sebutan (predikat) baja/besi pada premis minor. Dari penelaahan pustaka di peroleh keterangan bahwa baja/besi itu termasuk “golongan” logam. Jika keterangan ini kebenaranya tidak memerlukan pengujian atau pembuktian lebih lanjut, maka kesesuaian antara baja/besi dengan logam dapat diterima. Dengan demikian diputuskan premis minornya adalah : “baja/besi adalah logam” selesailah tahap judgmen itu ; lanjut ketahap “reasoning”.
3) Tahap Penyimpulan (Reasoning)
tahap ini di artikan sebagai kegiatan sambil menarik kesimpulan (infrence) dari premis-premis yang telah di konsepkan pada tahap “conceptioning” dan diputuskan pada tahap “judgmen”. Kerangka “reasoning” itu adalah sebagai berikut;
premis major         : “Logam terkena panas memuai”
premis minor          : “Baja/besi adalah logam”
kesimpulan            :  “Baja/besi terkena panas memuai”.
Kesimpulan itu didasarkan pada hukum deduktif, bahwa: “segala kejadian yang muncul pada hal yang umum, berlaku pula pada hal-hal yang khusus, asal saja hal yang khusus itu merupakan bagian dari yang umum” kesimpulannya di sebut deduksi atau kesimpulan rasional / atau kesimpulan deduktif (deductive infrence); juga disebut hipotesis.
Deduksi “baja/besi terkena panas memuai” sama dengan “rel kereta api terkena panas memuai”. Tetapi deduksi ini belum menjawab perumusan masalah / identifikasi masalah. Maka selanjutnya berpegang pada deduksi itu diturunkan lagi keterangan-keterangan dalam rangka menjawab masalah itu.
Deduksi         : rel kereta api terkena panas memuai.
Postulat          : suhu (panas) didaratan tinggi lebih rendah dari pada suhu (panas) di daratan rendah.
Kesimpulan    : “memuainya rel kereta api di daratan lebih pendek dari            pada di daratan rendah” identik dengan:
“pemuaian rel kereta api di dataran tinggi tidak sama dengan di dataran rendah”.
Postulat lain   : “rel kereta api itu bersambung-sambungan dengan kerenggangan tertentu”.
Kesimpulan     : “kerenggangan rel kereta api di dataran rengdah lebih besar dari pada di dataran tinggi”.